Gus Fawait dan Ji Karim Kembali Bertemu, Apakah Kemesraan Mereka Akan Mempengaruhi Koalisi Pilpres di Pilkada Jember?

by -229 Views

Redaksi
06 Mei 2024 | 22:05 Dibaca 128 kali

Politik

Gus Fawait (tengah) foto bersama Ketua Partai Gerindra Ahmad Halim (baju putih) dan Ketua DPD Partai Golkar Karimullah Dahrujiadi (baju kuning kiri depan), serta jajaran pengurus Partai Golkar Jember, Senin (6/5/2024). (Foto: Mahrus Sholih/Suara Indonesia

SUARA INDONESIA, JEMBER – Hubungan mesra antara Partai Gerindra dengan Partai Golkar di pemilihan presiden (pilpres) kemarin, tampaknya bakal terulang di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jember, November 2024 mendatang.

Tanda-tanda itu terlihat dari pertemuan antara bakal calon bupati (bacabup) yang diusung Partai Gerindra, Muhammad Fawait, dengan Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Golkar Jember, Karimullah Dahrujiadi, di kantor DPD Golkar, siang tadi.

Gus Fawait yang datang bersama Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Ahmad Halim, bersama partai pendukung serta relawan, mendapat sambutan hangat dari Ji Karim dan jajaran pengurus Partai Beringin.

Suasana akrab nan mesra, begitu kental. Kedua tokoh politik kawakan itu, juga saling memuji. Maklum, keduanya saat ini masih sama-sama menjabat sebagai anggota DPRD Jawa Timur.

Menurut Ji Karim, apa yang disampaikan Gus Fawait saat memaparkan visi misi dan pandangannya dalam membangun Jember, dinilainya sudah senapas dengan platform yang diusung Partai Golkar. Sehingga potensi terbentuknya koalisi pada pilkada nanti, terbuka lebar.

“Tentu ini akan menjadi pendalaman bagi kami. Berdasarkan arahan ketua umum kami, mudah-mudahan keinginan koalisi antara Gerindra dan Golkar bisa terwujud di Jember,” kata Ji Karim, saat sesi wawancara bersama pekerja media, Senin (6/5/2024).

Menilik ke belakang, Gus Fawait bukan satu-satunya tokoh yang berkomunikasi dengan Partai Golkar. Ada tiga kandidat bupati lain yang juga membangun komunikasi. Mereka adalah Hendy Siswanto, Faida dan Nanang Handono Prasetyo.

Dua nama pertama merupakan bupati dan mantan bupati. Sedangkan nama terakhir adalah pendatang baru dalam kancah politik di Jember. Gus Fawait bersama tiga calon tersebut, sama-sama berebut rekomendasi dari partai yang saat ini diketuai oleh Airlangga Hartarto ini.

Meski demikian, Gus Fawait disebut memiliki modal yang lebih dibanding tiga kandidat lain untuk menggaet rekomendasi Partai Golkar. Sebab, hubungan yang terjalin antara Gerindra dan Golar tidak instan. Jauh sebelumnya, dua partai besar ini telah membangun kerjasama dan komunikasi intensif.

“Hari ini kami bersilaturahmi sebagai bentuk bahwa Partai Gerindra ingin merangkul semua partai. Apalagi Partai Golkar memiliki banyak kesamaan dengan kami. Dulu, Pak Prabowo, pendiri partai kami, pernah berproses di Partai Golkar,” ujar Gus Fawait.

Selain faktor kesejarahan, politisi muda yang tiga kali terpilih sebagai anggota DPRD Jatim ini mengungkapkan, koalisi pada pilpres yang mengantarkan pasangan Prabowo-Girban memenangi pemilu kemarin, juga menjadi pendorong terwujudnya kerjasama politik di tingkat lokal.

Berikutnya, Gus Fawait menambahkan, antara Gerindra dan Golkar, juga sama-sama memiliki pandangan bahwa partai politik merupakan pilar demokrasi yang bertanggung jawab menyiapkan pemimpin masa depan. Sehingga, kata dia, kader partai politik yang harus menjadi pemimpin di sebuah negara, provinsi dan kabupaten.

“Karena pemimpin itu harus disiapkan jauh-jauh hari. Jika tidak, maka berpotensi menimbulkan selisih paham hingga memicu konflik antara eksekutif dan legislatif. Dan ini tidak baik untuk pembangunan daerah,” ulasnya.

Menurut politisi yang berlatar belakang santri ini, Jember memiliki segudang potensi sekaligus permasalahan yang harus segera dituntaskan. Misalnya, persoalan tingginya angka stunting, kemiskinan, pengangguran dan masalah lainnya.

Oleh karena itu, kata dia, butuh sosok pemimpin yang muda, cekatan dan punya terobosan untuk mengentaskan semua problem tersebut. Termasuk, perlu sosok pemimpin yang punya kemampuan berdiplomasi, sehingga dapat menyelaraskan pembangunan daerah dengan program pemerintah di atasnya.

“Kita tahu, beberapa tahun belakangan ini anggaran dari pemerintah pusat semakin tahun semakin berkurang. Bahkan, sektor investasi riil datanya makin lama juga kian kecil. Ke depan, kemampuan diplomasi pemimpin dibutuhkan untuk menjawab tantangan itu,” pungkasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Redaksi
Editor : Mahrus Sholih