Pekan terakhir di Assen, akan diingat karena peristiwa menarik dalam balapan MotoGP. Marc Marquez tampil kuat untuk meraih gelar ketujuhnya, Diogo Moreira mengantarkan kemenangan pertama Brasil di Moto2, dan Jose Antonio Rueda semakin mendekati gelar di kelas Moto3. Namun, di balik lintasan, drama di dunia perjanjian kontrak antara Jorge Martín dan Aprilia menghebohkan publik. Konflik panjang antara keduanya makin memanas, dengan interpretasi berbeda mengenai klausul dalam kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya.
Martín, yang tengah pulih dari cedera, melalui agennya merilis pernyataan terbuka mengenai klausul pelepasan yang memungkinkan dirinya bernegosiasi dengan tim lain, termasuk Honda. Namun, intervensi dari Carmelo Ezpeleta, CEO Dorna, menghentikan rencana transfer Martín ke Honda. Dalam situasi rumit ini, Aprilia menyatakan bahwa kata-kata Ezpeleta mendukung posisinya dan berencana untuk menemukan solusi yang memungkinkan Martín hengkang pada 2026. Sementara HRC, melalui manajernya Alberto Puig, bersikeras bahwa mereka hanya akan berbicara langsung dengan pembalap, bukan agen atau konstruktor.
Dengan waktu yang semakin mendesak, Aprilia nampaknya unggul dalam memutuskan nasib Martín. Meskipun pembalap itu ingin segera menyelesaikan masalahnya, proses hukum yang panjang menjadikan alternatif ganti rugi sebagai pilihan terbaik. Sementara itu, Aprilia sudah mempersiapkan langkah-langkah untuk mencari pengganti Martín yang sesuai. Kecepatan seorang pembalap dengan ketenangan dan strategi seorang konstruktor dalam menghadapi perselisihan ini menunjukkan kompleksitas di balik pembalap MotoGP yang berjuang melawan timnya sendiri.
