Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki) baru-baru ini sukses melaksanakan Indonesian Occupational Medicine Update (IOMU) ke-17 di The Trans Resort, Seminyak, Bali. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Arab Saudi, Uni Emirates Arab, dan Selandia Baru. Peserta acara berasal dari berbagai latar belakang, seperti dokter spesialis kedokteran okupasi, dokter perusahaan, ahli higienis industri, ahli keselamatan dan kesehatan kerja, ahli ergonomi, pakar teknik dan industri, pakar teknologi, serta tenaga medis dan non-medis lainnya.
Dalam kesempatan ini, Dr dr Astrid B. Sulistomo, MPH, Sp.Ok, subsp. BioKO(K) sebagai Presiden IOMA menjelaskan bahwa Perdoki telah memberikan pembaruan selama 17 tahun terus-menerus tentang perkembangan kesehatan kerja di Indonesia. IOMU 2025 mengangkat tema “The Future of Work: Prioritizing Health for Greater Productivity” yang bertujuan untuk menekankan pentingnya kesehatan bagi produktivitas pekerja.
Banyak isu strategis dibahas dalam acara ini, termasuk perubahan iklim, digitalisasi, teknologi di dunia kerja, kesehatan mental, toksikologi industri, dan keselamatan kerja. Perdoki juga berhasil menghadirkan pakar nasional dan internasional serta organisasi global seperti ILO, ACOEM, dan Kementerian Kesehatan untuk berbagi pengetahuan tentang topik-topik kesehatan kerja yang relevan.
Selain itu, dalam rangkaian acara IOMU 2025, peserta diundang untuk mempresentasikan karya ilmiah mereka melalui poster dan presentasi lisan. Selain itu, workshop Medical Review Officer (MRO) juga diadakan sebelum acara utama sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari NAPZA.
Prof. Moazzam Ali Zaidi, seorang Profesor dari Selandia Baru, membahas masalah workplace cancer atau kanker yang disebabkan oleh zat karsinogenik di tempat kerja. Dia berharap dengan adanya acara ini, bisa terjalin kerjasama global yang kuat di bidang kesehatan dan ide-ide serta solusi dapat tersebar luas. Dr. Ade Mutiara juga menegaskan pentingnya peran dokter okupasi dalam menjaga dan melindungi kesehatan pekerja untuk memastikan produktivitas keseluruhan.