Calon Gubernur Jateng Andika Perkasa bersama istrinya naik kuda kepang menuju panggung saat akan menyapa seniman ebeg dan masyarakat di Cilacap. (Foto: Galih/Suara Indonesia)
SUARA INDONESIA, CILACAP – Setelah Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah Hendrar Prihadi (Hendi) bertemu dengan nelayan di Cilacap, sekarang giliran Calon Gubernur Andika Perkasa untuk memenuhi ribuan seniman ebeg (kuda lumping) dan masyarakat di Lapangan Krida Nusantara, Kecamatan Cilacap Utara, Sabtu (26/10/2024) sore.
Kedatangan mantan Panglima TNI ini disambut dengan antusiasme dengan pertunjukan tari kuda lumping dan musik tradisional khas Banyumasan yang dipentaskan oleh tokoh senior PDI Perjuangan, Rinto.
Di samping itu, ada momen menarik yang terlihat. Dimana Calon Gubernur dari PDI Perjuangan ini terlihat naik kuda bersama istrinya menuju panggung. Kuda tersebut bukan kuda sungguhan melainkan kuda kepang.
Andika terlihat senang bisa hadir dan menyaksikan pertunjukan tari kuda lumping tersebut. Ia mengatakan, ebeg (kuda lumping) merupakan salah satu kekuatan masyarakat di Cilacap.
“Jadi identitas masyarakat di Cilacap, salah satunya berdasarkan kesenian mereka yaitu ebeg (kuda lumping),” katanya.
Melihat hal tersebut, Calon Gubernur Jateng nomor urut 1 ini berjanji akan mengembangkan potensi kesenian ebeg (kuda lumping) di Kabupaten Cilacap, jika terpilih untuk memimpin Jawa Tengah lima tahun ke depan.
“Kita ingin ebeg (kuda lumping) di Cilacap ini bisa besar seperti K-pop, caranya dengan belajar dari mereka yang sudah sukses,” ujar Andika.
Ia mencontohkan Korea Selatan. “K-pop di sana (Korea Selatan) juga belum lama, artinya sebelumnya mereka tidak melakukannya seperti sekarang ini, dan itu dimulai dari keinginan, ternyata bisa,” kata Andika.
“Jika mereka bisa, kita juga harus bisa untuk meningkatkan seni tradisional kita agar lebih dikenal,” tambahnya.
Menurut Andika, dengan peningkatan ketenaran, akan mendukung penghidupan para seniman seperti di Korea Selatan. p>
“Jadi K-pop yang awalnya hanya seni budaya, sekarang menjadi industri. Ini berarti kita juga dapat mendukung mereka (seniman ebeg) jika seni ini dapat dikembangkan,” katanya.
Andika menjelaskan, para seniman ebeg di Cilacap mengeluh bahwa sudah tidak banyak yang memperhatikan (mengundang) mereka. Sehingga mereka merasa belum dapat menghidupi diri sebagai seniman ebeg.
“Oleh karena itu kami berharap melalui kerjasama, kita dapat mengembangkan seni tradisional seperti ebeg ini, agar mereka dapat hidup dari profesi mereka,” tutupnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Reporter | : Satria Galih Saputra |
Editor | : Mahrus Sholih |