Supervisor Rehabilitasi Lingkungan PT Agincourt Resources (PTAR), Mahyu Dharsono, melakukan peninjauan di area pembibitan Tambang Emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada Kamis 26 September 2024. (Foto: Lamhot Naibaho/Suaraindonesia.co.id)
SUARA INDONESIA, TAPSEL – PT Agincourt Resources terus meningkatkan pembibitan tanaman dengan menggunakan teknologi canggih untuk menjaga kelestarian lingkungan dan memperluas penanaman pohon di area reklamasi bekas tambang.
Superintendent Environmental Site Support, Syaiful Anwar, menjelaskan bahwa luasnya area pembibitan ini diharapkan dapat mendukung kegiatan penelitian dan inovasi dalam pengelolaan lingkungan serta keanekaragaman hayati di sekitar Tambang Emas Martabe.
“Perluasan ini juga akan meningkatkan produksi bibit tanaman,” katanya saat berada di area pembibitan nursery Tambang Emas Martabe, Batang Toru, Tapanuli Selatan, pada Kamis 26 September 2024.
Menurutnya, perluasan pembibitan melibatkan pembangunan laboratorium mikoriza yang dapat digunakan untuk menganalisis jumlah dan spesies spora, serta individu mikoriza dari area reklamasi dan hutan asli.
“Hasil penelitian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi rekomendasi yang tepat dalam mendukung proses reklamasi lahan secara optimal. Program replikasi ini dapat menghasilkan pupuk hayati mikoriza yang dapat digunakan di kawasan operasional Martabe dan masyarakat sekitar di kemudian hari,” ungkapnya.
Sementara Supervisor Rehabilitasi Lingkungan PTAR, Mahyu Dharsono, menyebutkan bahwa setiap tahun pihaknya dapat memproduksi sekitar 48.000 bibit tanaman lokal. Jenis tanaman tersebut antara lain Torop (Artocarpus elasticus), Simarbaliding (Ixonanthes reticulata), serta Medang (Litsea elliptica).
“Ada juga Pulai (Alstonia Scholaris) (Dryobalanops Sp), Keruing (Dipterocarpus sp), kemenyan, jotik-jotik, hapinis, tambiski, saga, mahoni, cempedak hutan, waru, durian, dan petai hutan,” tambahnya.
Untuk pengembangan, beberapa metode pembibitan yang diterapkan, di antaranya adalah seed ball yang merupakan bola kecil berdiameter 20-30 cm yang berisi tanah pucuk, pupuk kompos, dan biji-biji tanaman.
Biji tanaman tersebut kemudian ditebar di hutan alam atau area reklamasi, khususnya untuk pengayaan tanaman lokal dan restorasi ekosistem.
Selain pengembangan, mereka juga melakukan studi dan penelitian mengenai status dan keberagaman mikoriza arbuskula serta manfaatnya untuk mencapai keberhasilan rehabilitasi lahan bekas tambang oleh peneliti dari Departemen Biologi IPB.
Kemudian, metode lain yang diterapkan di pembibitan PTAR antara lain pengembangan teknologi kultur jaringan, penanaman bantal bola, dan penanaman hydroseeding. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lamhot Naibaho |
Editor | : Mahrus Sholih |