Meriahnya Berlangsung Seni Ojung di Desa Mundusewu Jombang Dengan Merawat Tradisinya

by -20 Views
Berita
Merawat Tradisi, Seni Ojung di Desa Mundusewu Jombang Berlangsung Meriah

Peserta Ojung saat saling cambuk di pementasan tradisi minta hujan di depan Balai Desa Mundusewu, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (01/09/2024). (Foto: Gono Dwi Santoso/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, JOMBANG- Melestarikan budaya agar tidak punah, Pemerintah Desa (Pemdes) Mundusewu, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menggelar tradisi Ojung atau saling cambuk dengan rotan.

Tradisi yang juga dilakukan untuk meminta hujan di saat musim kemarau panjang ini, berlokasi di depan balai desa setempat, Minggu (01/09/2024). Aksi adu tangkas menggunakan bilah rotan tersebut berlangsung sangat meriah.

Ratusan pengunjung tampak memadati sekitar arena. Acara ini juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan HUT ke-79 RI. Pagi sebelumnya, pemdes menggelar jalan sehat. Dilanjut malam ini dengan pagelaran wayang kulit.

Tak hanya penonton, para peserta baik tua maupun muda, terlihat antusias berpartisipasi di tradisi tersebut. Mereka ada yang berasal dari Desa Mundusewu maupun luar desa.

Kepala Desa Mundusewu, Anisah mengatakan, Ojung menjadi seni tradisi turun temurun. “Cikal bakalnya ada di Desa Mundusewu. Kita sebagai generasi penerus ingin melestarikan kegiatan Ojung ini agar tidak punah,” terangnya.

Menurutnya, peserta Ojung yang datang hari ini ada dari komunitas Kecamatan Bareng, Wonosalam, Ngoro. Bahkan ada yang dari Mojokerto. Mereka ikut meramaikan kegiatan tradisi tersebut.

“Yang datang dari luar Desa Mundusewu banyak. Harapannya ke depan akan koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang agar tradisi ini bisa dipatenkan dari Desa Mundusewu,” pungkasnya.

Sementara, Sutikno, salah satu peserta mengaku, butuh keberanian untuk mengikuti Ojung ini. Karena peserta beraksi dengan saling memegang rotan dan saling mencambuk tubuh lawan. Kata dia, perlu keahlian sendiri.

“Tidak menutup kemungkinan peserta akan mengalami luka lecet di punggung jika terkena pukulan rotan,” ungkapnya.

Sutikno menambahkan, meski badan lecet, dia menganggap biasa bahkan bangga. Dirinya juga merasa senang karena bisa ikut meramaikan tradisi ini.

“Berharap supaya tradisi Ojung ini tidak punah dan tiap tahun diadakan untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyang,” pungkasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Mahrus Sholih