Festival Ketupat Pemalang Berpotensi Menjadi Daya Tarik Wisatawan

by -553 Views

Tradisi Lebaran Ketupat di Kabupaten Pemalang Diharapkan Menjadi Daya Tarik Wisatawan

Ilustrasi gunungan ketupat. (Foto: Istimewa)

SUARA INDONESIA, PEMALANG – Tradisi Lebaran Ketupat atau Syawalan bagi masyarakat di pesisir utara Jawa, seperti Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, merupakan pelaksanaan perayaan Lebaran sepekan atau lebih setelah Idul Fitri.

Ketupat yang oleh masyarakat setempat disebut dengan kupat, adalah kuliner wajib yang disediakan warga untuk merayakan Lebaran ini.

Dinas Pariwisata Kabupaten Pemalang terkait dengan pelaksanaan perayaan Syawalan akan memajang sekitar 30 ribu kupat dalam Festival Gunungan Kupat.

Pembuat kuliner tradisional berbahan beras yang dibungkus daun kelapa ini, salah satunya adalah Ari Wibowo (35). Ia cukup terkenal sebagai pembuat kupat di Pemalang kota. Pemuda 35 tahun itu tinggal di Desa Tegalsari Barat, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang.

Ari mengaku baru dua tahun menggeluti usaha pembuatan makanan khas Lebaran ini. Namun, sudah kebanjiran pesanan. “Untuk di luar hari Lebaran saya biasa menerima pesanan pembuatan kupat dari para pedagang soto maupun bakso, serta pedagang gulai kambing,” terangnya.

Untuk Lebaran Ketupat tahun ini, dirinya bersama keluarga, mendapatkan pesanan puluhan ribu ketupat matang dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pemalang. “Alhamdulillah dapat orderan sekitar 10 ribu kupat matang untuk acara festival,” ujarnya, Sabtu (20/4/2024).

Ada 15 ribu ketupat yang dipesan dari pedagang maupun instansi pada perayaan Syawalan dengan harga Rp 3.500 per satu biji kupat matang.

Menurut Ari, bahan pembungkus ketupat berupa janur yang ia datangkan dari Kota Purbalingga. Di samping karena kualitas janur Purbalingga lebih bagus, kelangkaan daun kelapa berwarna hijau muda ini juga menjadi salah satu penyebabnya.

Untuk pembuatan puluhan ribu kupat pesanan itu, Ari menghabiskan beberapa kuintal beras. Dengan teknik pembakaran menggunakan bahan kayu jati sebagai bahan bakarnya, hal ini karena untuk menjaga rasa dan tekstur kupat. Butuh waktu dua hari dua malam untuk merebus sampai kupat matang.

Hanya dengan harga Rp 3.500 per biji, Ari kebanjiran order tidak hanya dari Pemalang, tapi juga para pedagang dari luar kota. Mereka memesan ketupat buatannya karena terkenal bertekstur kenyal dan padat. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta: Ragil Surono
Editor: Mahrus Sholih