Perjalanan Sejarah Pemukiman Yahudi ke Palestina (Bagian 7) – Waspada Online

by -61 Views

dan Ekspansinya yang Mengacau Perdamaian

Oleh:
H. Mohammad Said (Alm)

Perang Dunia ke I dan II serta akibat sampingannya

Sejak mandat PBB lama itu terlimpah kepada Inggris, penguasa administrasi Inggris main picing mata saja atas setiap aktivitas Yahudi yang antara lain sudah digariskan sendiri oleh organisasi sedunia mereka yang bernama World Zionist Organisation itu. Badan ini telah membentuk cabangnya di Palestina yang tentunya tidak ingin dilarang oleh si mandataris Inggris.

Dalam praktek, kantor cabang Yahudi ini menjadikan dirinya sebagai penguasa dan hanya ia yang bisa menghubungi warga Yahudi di situ, sebab kalau bukan badan cabang tersebut apa saja perintah Inggris yang langsung tidak akan diacuhkan mereka. Praktis kantor cabang ini segera menjadi penguasa bebas yang berdiri sendiri, katakanlah state dalam state.

Dengan kontinu pendatang Yahudi terus mengalir ke Palestina. Sebagai diungkap di bagian lalu, jumlah mereka di th. 1880 hanya 30.000, di th. 1929 telah menjadi 157.000, th. 1938 melonjak menjadi 500.000. Kalau tadinya di th. 1918 perbandingan persentase Arab dengan Yahudi hanya 10:1, maka di th. 1938 sudah 2:1. Lain lagi bila Yahudi yang masuk Palestina itu tidak dikontrol oleh Inggris atau tutup mata saja, membawa senjata api.

Baiklah juga dicatat singkat perkembangan politik di kerajaan-kerajaan Arab antara perang dunia ke-1 dan ke-2 itu. Masa perang dunia ke-1 Inggris dengan sekutu-sekutunya merongrong supremasi Turki di Timur Tengah. Tidak ketinggalan seorang mata-mata Inggris dikenal dengan julukan “Laurence of Arabia” berhasil memecah Arab dengan Turki untuk tidak lagi bersatu dalam persaudaraan Islam. Sebaliknya mereka orang-orang Arab harus tampil dengan semboyan nasionalisme, yaitu Arab untuk Arab.

Hasil ada domba ini pada th. 1916 Syarif Husein raja Hejaz membebaskan diri dari Turki. Segera setelah habis perang dunia ke-1 negara-negara menang membentuk organisasi sedunia bernama League of Nations, lalu mengenai wilayah kerajaan yang dikalahkan ditentukan satu dimandatkan (baca: untuk dijajah atau dimiliki) oleh salah satu negara pemenang. Demikianlah hampir semua bekas wilayah Turki di luar Balkan, dimandatkan kepada Inggris dan Perancis. Libanon masuk Perancis dan Syria sebelah utara dalam tahun 1920 oleh mandataris Inggris diberikan kepada Raja Faisal putra Syarif Husein raja Hejaz.

Dalam th. 1923 putra Husein yang bernama Abdullah (atau Amir Abdullah) diserahi memerintah Transyordania, yaitu Jordan sekarang ditambah tepi barat sungai Jordan. Dalam pemerintahannya oleh Inggris ditentukan supaya ia didampingi oleh seorang panglima Inggris. Iraq mencoba menentang mandat Inggris tapi dengan kebijaksanaannya ia menyerahkan pemerintahan kepada Faisal Ibn Husein di atas.

Sementara itu situasi di Hejaz setelah kekalahan Turki itu kelihatannya sangat tidak menyenangkan raja Nejd, Raka Abdul Aziz bin Su’ud. Mungkin karena memperhatikan adanya gejala bahaya Inggris untuk mengincer tanah suci. Th. 1923 iapun merebut Hejaz dari Syarif Husein dan berhasil menguasainya.

Peristiwa ketegangan akibat ekspansi Hitler, itu diktaktor Jerman yang tampil sekitar th. 1930-an, yang terang-terangan anti-Yahudi, langsung atau tidak langsung membuat tenaga Inggris untuk mengontrol Palestina menyusut, karena akhirnya harus berperang melawan Jerman. Dewasa itu terlihat bahwa di mana-mana negara yang sudah dikuasai Nazi-Jerman itu sejak dari Perancis sampai ke Polandia hak-hak sipil warga Yahudi dicabut. Demikian juga hak-hak politik dan kebebasan beragama.

Harta dan bisbis mereka dirampas dan ditutup, anak-anak tidak dibolehkan masuk sekola. Demikianlah dari yang sudah pernah dicatat diketahui hilangnya jiwa orang Yahudi yang dibunuh oleh Jerman dan sekutunya mencapai 6 (enam) juta jiwa lebih. Dari jumlah ini di Polandia saja tewas 2.800.000 (dari semua warga Yahudi di situ 3.200.000 menurut cacah jiwa 1939), di Rusia 1.350.000. Di Jerman sendiri penduduk Yahudi dalam tahun 1939 sebanyak 504.000, terbunuh 250.000.

Tidak jelas menurut penelitian terpercaya apa sebab atau latar belakang maka Hitler sedemikian gemas terhadap Yahudi dan tidak jelas pula apalah ekspansinya ke-mana-mana di Eropah itu sekedar bertujuan tunggal untuk menghabisi orang Yahudi saja. Tentang ini yang menjadi bahan pemikiran adalah bahwa jumlah Yahudi di luar Jerman jauh lebih banyak dan jauh lebih banyak terbunuh dibanding dengan jumlah di Jerman sendiri, diteliti dari angka-angka di atas.

Di lain pihak akibat tindakan drastis Hitler orang-orang Yahudi yang tinggal di negara-negara Sekutu (terutama Amerika) semakin giat untuk mendapatkan tanah air sendiri secepatnya. Hassrat ini menonjol keras di kala Amerika Serikat turut berperang di pihak Inggris dan sekutunya. Masih dalam perang, tegasnya dalam th. 1943 organisasi Yahudi (World Zionist Organisation) telah mengambil resolusi di Biltmore, menetapkan kebulatan tekad mereka untuk mendapatkan suatu tanah air, maksudnya Palestina.

Bagaimanapun, diperhatikan dari situasi dan kondisi cukup berat nampaknya bagi pihak Arab untuk mensukseskan perjuangan dalam keadaan di mana ia harus mengandal pada kekuatan sendiri sedangkan sebaliknya pihak Yahudi cukup mendapat dukungan aktif dari negara-negara yang baru saja menang perang, yaitu Inggris, Perancis dan Amerika Serikat. Maka tidak dapat dikecilkan arti perjuangan Mufti Palestina, Amin Al Husaini. Keinginannya berjuang menentang Yahudi yang giat hendak membangun negara sendiri di Palestina cukup menakjubkan. Karena Yahudi yang dilawannya, dan Yahudi ini mendapat “backing” dari negara-negara sekutu yang menang, mudahlah saja ia diisyukan musuhnya sebagai pro-Nazi bahkan berhubungan dengan Nazi. Padahal nyatanya tidak. Ia berjuang demi Palestina adalah milik Arab dan demi Masjidil Aqsa. Dapat diperkirakan bahwa setelah ia tiada, perjuangannya itu jugalah yang dilanjutkan oleh para pengungsi Arab dan yang kemudian dikoordinir oleh P.L.O.

Dalam th. 1945 raja-raja Mesir, Jordan, Yaman, Saudi Arabia dan Iraq, bersama-sama presiden Syria dan Lebanon membentuk suatu badan bernama Arab League (liga Arab), suatu badan yang dapat dikatakan cukup bernilai untuk diperhatikan sungguh suaranya oleh sesuatu badan internasional. Bukan sekedar begitu, solidaritas untuk membebaskan Palestina dan Yerusalem/Masqidil Aqsa, yang diisi kemudian dengan perang terbuka oleh negara-negara yang seagama tersebut, menjadi kenyataan. (**)

Penulis adalah Tokoh Pers Nasional dan Pendiri Harian Waspada

BACA JUGA:

SEJARAH LOLOSNYA YAHUDI KE PALESTINA (Bagian 1)

SEJARAH LOLOSNYA YAHUDI KE PALESTINA (Bagian 2)

SEJARAH LOLOSNYA YAHUDI KE PALESTINA (Bagian 3)

SEJARAH LOLOSNYA YAHUDI KE PALESTINA (Bagian 4)

SEJARAH LOLOSNYA YAHUDI KE PALESTINA (Bagian 5)

SEJARAH LOLOSNYA YAHUDI KE PALESTINA (Bagian 6)

SEMS NAKOMELINGEN
(GeBIBBELWERKnesis X : 21 – 31)
Naar de kaart van HENRY LANCE in BUNSENS