Bebas dari Minus 10,5 dengan Melakukan Lasik di NEC Surabaya: Kisah Tiktoker Vabella Widitiar

by -95 Views

Vabella melakukan Pre Lasik sebelum melakukan tindakan Lasik. (Foto: Istimewa/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, SURABAYA – Dokter Spesialis Mata Nasional Eye (NEC) Surabaya, dr. M. Nurdin Zuhri, SpM menjelaskan, teknologi Koreksi Penglihatan Laser (LVC) untuk koreksi mata minus memiliki berbagai metode. Sehingga Lasik minus tinggi juga dapat dilakukan.

“Kini teknologi semakin canggih, dan banyak opsi untuk terbebas dari kacamata, di antaranya teknologi ZEISS SMILE, Femto Lasik, hingga tanam lensa seperti Phakic IOL, dan Refractive Lens Exchange (RLE),” ungkap dokter Nurdin, Selasa (02/04/2024).

Ia mengatakan, tidak semua kondisi mata calon pasien bisa LASIK. Hal ini harus melalui rangkaian proses PRE LASIK untuk memeriksa kondisi secara menyeluruh. Pasien dengan silinder dan minus kecil hingga tinggi, akan diberikan opsi metode terbaik sesuai kondisi mata.

“Ada beberapa penyebab pasien tidak bisa melanjutkan Lasik, di antaranya kondisi Kornea hingga kelainan/penyakit pada mata, metode terbaik bisa ditentukan setelah pemeriksaan PRE LASIK,” jelasnya.

Sementara itu, jika hasil Pre Lasik pasien memungkinkan untuk melanjutkan Lasik, maka calon pasien dapat memilih ZEISS SMILE atau Femto Lasik. ZEISS SMILE sendiri merupakan teknologi Lasik terbaru, lebih nyaman dan proses pemulihan lebih cepat dibandingkan metode lain. Karena itu, banyak pasien memilih ZEISS SMILE.

“Namun ada kondisi tertentu dimana Pasien tidak bisa memilih ZEISS SMILE, di antaranya karena ketebalan Kornea yang kurang atau tipis,” kata dia.

Meskipun pasien menderita minus tinggi dengan kondisi kornea yang tidak memungkinkan untuk Lasik, misalnya lebih dari 10, maka ada alternatif Lasik yang bisa dipilih, yaitu metode tanam lensa, seperti Phakic IOL dan RLE (Refractive Lens Exchange). Dengan tanam lensa ini, pasien dapat terbebas dari minus, silinder, bahkan plus, meskipun minus yang diderita tinggi.

“Dokter Mata akan membantu menentukan metode tanam lensa terbaik yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan/gaya hidup, hingga usia,” tandasnya.

Seorang Tiktoker, Vabella Widitiar sempat gagal menjalani metode ZEISS SMILE karena kondisi kornea terlalu tipis. Namun, Vabella kini bisa terbebas dari minus 10,5 dengan metode FEMTO LASIK di Nasional Eye Center Surabaya.

“Awalnya ingin memilih teknologi LASIK terbaru yaitu ZEISS SMILE, tapi ternyata hasil Pre Lasik menunjukkan kondisi Kornea yang tipis, jadi akhirnya dipilihlah Femto LASIK oleh dr. Nurdin Zuhri, yang paling sesuai dengan kondisi mataku,” tutur perempuan asal Sidoarjo ini.

Meskipun gagal atau tidak jadi menggunakan metode ZEISS SMILE, Vabella tetap menjalani Femto Lasik. Kondisi matanya sebelum Lasik adalah, Minus 9 (kanan), dan Minus 1,5 serta silinder 1 (kiri). Dengan kondisi tersebut, disarankan menggunakan metode Femto Lasik. Ditambah kondisi kornea mata yang tipis, maka Femto LASIK menjadi metode paling aman dan efektif. Kini, kondisi penglihatan Vabella sudah optimal dari minus 10,5 menjadi minus 0.

“Proses Femto Lasik cepat, lasernya hitungan detik saja, kalau seluruh prosesnya kurang lebih 30 menit ya, dan tidak sakit karena diberi obat bius (tetes),” terangnya.

Salah satu alasan National Eye Center Surabaya menjadi pilihan adalah karena metode LASIK yang lengkap dan alternatif Lasik atau pilihan tanam lensa. Sehingga dengan kondisi mata apapun, saat Pre Lasik, seseorang masih tetap mendapat solusi atas gangguan refraksi yang dialami.

“Pilihannya lengkap, dari kondisi kornea yang khusus, minus yang tinggi, bahkan bila tidak bisa melanjutkan LASIK pun masih ada pilihan tanam lensa, makanya dari awal sudah memilih NEC karena sudah ingin sekali bebas kacamata setelah puluhan tahun pakai kacamata,” ungkapnya. (*)

— Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta: Lukman Hadi

Editor: Imam Hairon