UKI Mendalami Perbincangan Mengenai Diaspora dan Pentingnya Diplomasi Berkelanjutan

by -232 Views

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Kristen Indonesia (FISIPOL UKI) melalui Center for Security and Foreign Affairs (CESFAS) menggelar kegiatan seminar bertajuk “Disrupsi: Diaspora, Politik, & Keberlanjutan Diplomasi” pada hari Selasa (26/3).

Kegiatan ini juga didukung oleh Indonesian Institute of Advanced International Studies (INADIS). Para narasumber yang hadir dalam seminar ini antara lain Leonard Hutabarat (Konsul Jenderal RI Toronto 2018-2021), Hamdan Hamedan (Tenaga Ahli Kemenpora), Laurens Ikinia (Peneliti Institute of Pacific Studies) dan Audra Jovani (Dosen Ilmu Politik FISIPOL UKI).

Acara seminar tersebut bertujuan untuk membangun pemahaman yang komperehensif bagi mahasiswa dan publik tentang isu seputar diaspora. Topik utama seminar ini sendiri adalah keterkaitan antara diaspora, politik, dan keberlanjutan diplomasi yang merupakan isu penting yang harus diperhatikan di era disrupsi ini. Diaspora Indonesia yang jumlahnya hingga 9 juta memang tidak sebanyak diaspora negara lain. Meski demikian, ada banyak hal yang dapat dimaksimalkan dari kelompok diaspora ini mengingat sebagian besar dari mereka merupakan skilled individual dengan talenta-talenta khusus.

Para narasumber memaparkan situasi, peluang, dan tantangan diaspora Indonesia dalam berbagai konteks, termasuk mendiskusikan peran pemerintah dalam memberdayakan potensi diaspora.

Leonard F. Hutabarat menyoroti potensi besar diaspora Indonesia dalam diplomasi serta menekankan pentingnya membangun strategi yang tepat untuk memanfaatkan potensi ini. Hamdan Hamedan, yang telah malang melintang dalam pengelolaan talenta diaspora, terutama atlet sepak bola, memberikan contoh nyata kontribusi diaspora bagi Indonesia, seperti peran mereka dalam mengadvokasi isu ke negara asal dan mendorong kebijakan di negara tempat tinggal mereka.

Hamdan juga memaparkan data jumlah dan sebaran diaspora Indonesia di dunia yang mencapai 9 juta jiwa. Menurut Hamdan, pendataan yang akurat dan pemanfaatan data ini secara strategis menjadi kunci optimalisasi potensi diaspora. Hamdan sendiri memiliki database talenta diaspora untuk sektor olahraga, sesuai dengan tugasnya di Kemenpora dan sedang mengembangkan manajemen data talenta diaspora di sektor-sektor lain.

Salah satu yang menjadi sorotan dalam sesi tanya jawab adalah banyaknya kendala teknis yang dihadapi oleh diaspora Indonesia, termasuk dalam pemilu 2024 yang lalu. Para narasumber menekankan pada pentingnya sinergi antar-pemangku kepentingan dalam memberdayakan diaspora Indonesia. “Kita semua sepakat untuk menjadi kekuatan baru bagi Indonesia, diaspora Indonesia harus memberikan dampak yang signifikan dan positif.

Kita bisa menjadikan Korea Selatan dan India sebagai contoh yang diasporanya telah mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, Indonesia diharapkan dapat membina diaspora di Indonesia menuju generasi emas yang mampu berprestasi,” mengutip kesimpulan Direktur CESFAS, Darynaufal Mulyaman, dalam penutup acara seminar.